Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan
langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa kejut saraf-saraf di bibir
vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubang
vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya seakan tidak mengijinkan
kontol Pak Parno itu menembusnya. Dan itu membuat aku penasaran,
'Santai saja Mar, biar lemesan..', terdengar samar-samar suara Pak Parno di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.
'Pakee
.. Pakee .. ayyoo .. Pakee tulungi saya Pakee .. Puas-puasin ya Pakee..
Saya serahin seluruh tubuh saya untuk Pakee ..', kedengerannya aku
mengemis minta dikasihani.
'Iyaa Dik Marr .. Sebentar yaa Dik Marr ..', suara Pak Parno yang juga diburu oleh nafsu birahinya sendiri.
Kepala
helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku
menyerah dan merekah. Menyilahkan kontol Pak Parno menembusnya. Bahkan
kini vaginakulah yang aktif menyedotnya, agar seluruh batang kontol gede
itu bisa dilahapnya.
Uuhh .. aku merasakan nikmat desakan batang
yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada
ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk.
Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya mentok di mulut
rahimku. Terus terang belum pernah se-umur-umurku rahimku ngrasain
disentuh kontol Mas Adit. Dengan sisa ruang yang longgar, kontol suamiku
itu paling-paling menembus ke vaginaku sampai tengahnya saja. Saat dia
tarik maupun dia dorong aku tidak merasakan sesak atau penuh seperti
sesak dan penuhnya kontol Pak Parno mengisi rongga vaginaku saat ini.
Kemudian
Pak Parno mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian
didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu
dia ulang-ulangi dengan frekewnsi yang makin sering dan makin cepat. Dan
aku mengimbangi secara reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Pak Parno
menarik kontolnya, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit ngebor.
Dan saat Pak Parno menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya
disertai goyangan igelnya.
Demikian secara beruntun, semakin
cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat, cepat, cepaatt ..ceppaatt.
Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringat
Pak Parno mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing, mataku dan
mata Pak Parno sama-sama melihat keatas dengan menyisakan sedikit putih
matanya. Goncangan makin cepat itu juga membuat ranjang kokoh itu ikut
berderak-derak. Lampu-lampu nampak bergoyang, semakin kabur, kabur,
kabur. Sementara rasa nikmat semakin dominan. Seluruh gerak, suara,
nafas, bunyi, desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.
'Mirnaa
.. Ayyoo.. Enakk nggak kontol padee Mirr, enak yaa.. enak Mirr .. ayyoo
bilangg enak mana sama kontol si Adit .. Ayoo Mirr enak mana sama
kontol suamimu ayoo bilangg ayyoo enakan manaa ..', Pak Parno meracau.
'Pakee .. enhaakk.. pakee.. Enhakk kontol pakee .. Panjangg .. Uhh gedhee bangett .. pakee.. Enakan kontol Pak Parnoo ..'.
Pada
akhirnya aku mendapat orgasmeku 2 kali secara berturut-turut. Itu yang
ibu-ibu sering sebut sebagai multi orgasme. Bukan mainn .. hanya dari
Pak Parno aku bisa meraih multi orgasmeku inii .. Oohh Pak Parnoo..
terima kasihh .. Pak Parno mau memuaskan akuu.. Sekarangg ayoo .. Pakee
biar aku yang memuaskan kamuu ..
Dan kontol Pak Parno aku rasakan
berdenyut keras dan kuat sekali.. Kemudian menyusul denyut-denyut
berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya
disemprot air kawah yang panas. Sperma Pak Parno berkali-kali muntah di
dalam vaginaku.
Uhh .. Aku jadi lemess bangett .. Nggak pernah
sebelumnya aku capek bersanggama. Kali ini seluruh urat-urat tubuhku
serasa di lolosi. Dengan telanjang bulat kami sama telentang di ranjang
motel ini. Di sinilah akhirnya terjadi untuk pertama kalinya aku
serahkan nonokku beserta seluruh tubuhku kepada lelaki bukan suamiku,
Pak Parno. Dan aku heran .. pada akhirnya.. tak ada rasa sesal sama
sekali dari hatiku pada Mas Adit. Aku sangat ikhlaskan apa yang telah
aku serahkan pada Pak Parno tadi. Dan dalam kenyataan aku mendapatkan
imbalan kepuasan dari Pak Parno yang sangat hebat.
Di motel ini
aku mengalami 3 kali orgasme. Dua kali beruntun aku mengalami orgasme
dalam satu kali persetubuhan dan yang pertama sebelumnya, yang hanya
dengan gumulan, ciuman dan jilatan Pak Parno di ketiakku sembari
tangannya ngobok-obok kemaluanku aku bisa mendapatkan orgasme yang
sangat memberikan kepuasan pada libidoku. Hal itu mungkin disebabkan
karena adanya sensasi-sensasi yang timbul dari sikap penyelewengan yang
baru sekali ini aku lakukan. Yaa.. pada akirnya aku toh berhak
mendapatkannya .. tanpa menunggu Mas Adit yang sangat egois.
Sesungguhnya
aku ingin tinggal lebih lama lagi di tempat birahi ini, namun Pak Parno
mengingatkan bahwa waktu bernikmat-nikmat yang pertama kali kami
lakukan ini sudah cukup lama. Pak Parno khawatir orang-orang rumah
menunggu dan bertanya-tanya. Pak Parno mengajak selekasnya kami
meninggalkan tempat ini dan kembali menyelesaikan pekerjaan yang telah
kami sanggupi pada Mbak Surti dalam rangka membantu hajatannya.
Setelah
kami mandi dan membersihkan tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan,
kami kembali ke jalanan. Ternyata kemacetan jalan menuju ke Senen ini
sangat parah di siang hari ini. Dengan adanya pembangunan jembatan
layang pada belokan jalan di Galur, antrean mobil macet sudah terasa
mulai dari pasar Cempaka Putih. Mobil Pak Parno serasa merangkak. Untung
AC mobilnya cukup dingin sehingga panasnya Jakarta tidak perlu kami
rasakan.
Sepanjang kemacetan ini pikiranku selalu kembali pada
peristiwa yang barusan aku alami bersama Pak Parno tadi. Lelaki tua ini
memang hebat. Dia sangat kalem dan tangguh. Dia sangat sabar dan
berpengalaman menguasai perempuan. Dialah yang terbukti telah memberikan
padaku kepuasan seksual. Paduan kesabaran, tampilan yang tegap tubuhnya
serta kontol gedenya yang indah membuat aku langsung takluk secara
iklas padanya. Aku telah serahkan seluruh tubuhku padanya. Dan Pak Parno
tidak sekedar menerimanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi dia
sekaligus membuktikan bahwa kenikmatan hubungan seksual yang
sebenar-benarnya adalah apabila pihak lelaki dan pihak perempuannya bisa
mendapatkan kepuasannya secara adil dan setara. Dan aku merasakannya ..
tapi .. Benar adilkah ..?
Ah .. pertanyaan itu tiba-tiba
mengganguku. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku bahwa dari hubungan
badan tadi, aku berhasil merasakan orgasmeku hingga 3 kali. Sementara
Pak Parno hanya mengeluarkan spermanya sekali saja. Artinya dia meraih
kepuasan dalam hubungan seksual dengan aku tadi hanya sekali. Ahh
..adakah hal ini menjadi masalah untuk hubunganku dengan Pak Parno
selanjutnya ..? Kenapa dia banyak diam sejak keluar dari motel tadi ..?
Aku
menjadi gelisah, aku kasihan pada Pak Parno apabila dia masih menyimpan
dorongan birahinya. Apabila belum seluruh cairan birahinya secara
tuntas tertumpah. Bukankah hal demikian itu bagi lelaki akan menimbulkan
semacam kegelisahan ..? Apa yang harus aku lakukan ..??
'Pak, tadi puas nggak Pak..?', aku memberanikan diri untuk bertanya.
'Bukan main Dik Mar, aku sungguh sangat puas', begitu jawabnya.
Suatu
jawaban yang sangat santun yang justru semakin besar kekhawatiranku.
Jawaban macam itu pasti akan keluar dari setiap 'gentlemen'. Aku harus
amati dari sudut yang lain. Kulihat dibawah kemudi Kijangnya. Nampak
celananya masih menggunung. Artinya kontolnya masih ngaceng. Aku nekat.
Kuraba saja tonjolan celananya itu.
'Ininya koq masih ngaceng Pak?
Masih pengin yaa?? Tadi masih mau lagi yaa??', sambil tanganku terus
memijiti gundukkan itu. Dan terbukti semakin membesar dan mengeras.
Pak Parno diam saja. Aku tahu pasti dia menikmati pijatanku ini. Aku teruskan. Tanganku meremasi, mengurut-urut.
'Hheehh ..dik Marr .. enak sekali tangan Dik Marr yaa..'.
Biarlah,
biarlah aku akan selalu memberikan yang aku bisa. Dengan berbagai
style, tanganku terus meremasi dan mijit gundukkan kontol itu. Tetapi
lama kelamaan justru tanganku sendiri makin menikmati kenikmatan
memijit-mijit itu. Dan semakin lama justru aku yang nyata semakin
kelimpungan. Aku kenang kembali kontol gede ini yang 40 menit yang lalu
masih menyesaki kemaluanku. Yang tanpa meninggalkan celah sedikitpun
memenuhi rongga vaginaku. Dan ujungnya ini yang untuk pertama kalinya
bisa mentok ke dinding rahimku.. ah nikmatnya ..
'Pakee.. Aku pengin lagii ..', aku berbisik dengan setengah merintih.
'Kita
cari waktu lagi Dik Mar .., gampang.., Dik Mar khan bisa bilang pada
Mas Adit, mau ke Carrefour atau ke Mangga Dua cari barang apa.. gitu'.
'Iyaa
siihh.. Boleh dibuka ya Pak. Aku pengin lihat lagi nih jagoan Pak ..',
sambil aku melempar senyum serta melirikkan mataku ke Pak Parno melihat
reaksinya.
'Boleehh ..', dia jawab tanpa melihat ke aku, karena keramaian lalu lintas yang mengharuskan Pak Parno berkonsentrasi.
Tanganku
sigap. Pertama-tama kukendorkan dulu ikat pinggangnya. Kemudian kubuka
kancing utamanya. Selanjutnya kuraih resluitingnya hingga nampak celana
dalamya yang kebiruan. Di belakang celana dalam itu membayang alur
daging sebesar pisang tanduk yang mengarah ke kanan. Oouu.. ini kali
yang namanya stir kanan.. Kalau stir kiri, mengarahnya kekiri tentunya.
Dengan
tidak sabar kubetot kontol Pak Parno dari sarangnya. Melalui pinggiran
kanan celana dalamnya, kontol Pak Parno mencuat keluar. Gede, panjang,
kepalanya yang bulat berkilatan. Dan pada ujung kepala itu ada secercah
titik bening. Oooww ..baru sekarang aku berkesempatan memperhatikan
kontol ini dari jarak yang sangat dekat, bahkan dalam genggamanku.
Rupanya
precum Pak Parno telah terbit di ujung kepalanya. Precum itu muncul
dari lubang kencingnya. Uuuhh .. indahnyaa .. bisakah aku nggak bisa
menahan diri ..??
'Pak Parno pengin khan..??', kembali aku berbisik.
'Heehh .. Dik Mar mau bantu Pak Parno nih ..??', jawaban yang disertai pertanyaan balik.
'Gimana bantunya Pak.., berhenti duluu .. Cari tempat lagii .. Hayoo..', jawabanku enteng.
'Nggak
begitu Dik Mar, kita nggak mungkin berhenti lagi. Ya ini khan macet nih
jalanan. Maksudku, apakah .. eehh .. Dik Mar marah nggak kalau aku
bilang ini ..??'.
'Nggak pa pa Pak, saya rela koq, dan saya pengin bantu bener-bener, Pak'.
'Dik Mar pernah mengisep punya Mas Adit khan?'.
'Ooo..
Kk.. kaalau ii.. ttuu terus terang aku belum pernah Pak.., kalau lihat
punya Mas Adit rasanya aku geli gituu.. jijikk gituu ..'.
'Kalau lihat punya saya inii.?', dia terus mendesak dengan pertanyaan yang terus terang aku nggak bisa menjawab secara cepat.
Masalahnya
aku dihadapkan pada sesuatu hal yang bener-bener belum pernah aku
lakukan, bahkan pun dalam khayalan seksualku. Pasti yang Pak Parno
inginkan adalah aku mau mengisep-isep kontolnya itu, yaa khan? Tapi aku
juga berpikir cepat .. Tadi sewaktu di motel, Pak Parno membenamkan
wajahnya ke selangkanganku tanpa risah-risih. Kemudian dijilatinya
vaginaku, kelentitku, lubang kemaluanku. Dia juga menelan cairan-cairan
birahiku. Aku jadi ingat prinsip adil dan setara yang aku sebutkan di
atas tadi.
Mestinya aku yaa.. nggak usah ragu-ragu untuk berlaku
mengimbangi apa yang telah dilakukan Pak Parno padanya. Dia telah
menjilati, menyedoti kemaluanku. Dan aku sangat menikmati jilatan
dahsyatnya. Dan sekarang Pak Parno seakan menguji padaku. Bisakah aku
bertindak adil dan setara juga pada dia. Aku membayangkan kontol itu di
mulutku ..
'Dik Mar, sperma itu sehat lhoo, bersih, steril.. dan
banyak vitaminnya. Itu dokter ahli lho yang ngomong. Cobalah, kontol Pak
Parno ini pasti sedap kalau Dik Mar mengulumnya.. ', aku sepertinya
mendengar sebuah permohonan.
Aku kasihan juga pada Pak Parno.
Mungkin dia sudah mengharapkan sejak awal jalan bersama dari rumah tadi.
Mungkin bahkan dia sudah mengharapkan jauh beberapa waktu yang lalu.
Dan kini saat aku sudah berada disampingnya harapan itu nggak terkabul.
Ah, aku jadi iba .. Kulihat kembali kontol indah Pak Parno. Yaa..
benar-benar indah..apa artinya indah itu .. Kalau memang itu indah
..sudah semestinya kalau aku menyukainya ..dan kalau aku menyukainya ..
mestinya aku nggak jijik ataupun geli .. Dan lihat precum itu.. Juga
indah khan, bening, murni, dan mungkin juga wangi ..dan asin .. Dan..
Banyak lho yang sangat menyukainya .., menjilatinya, meminumnya ..
Tahu-tahu
aku sudah merunduk, mendekatkan wajahku, mendekatkan bibirku ke kontol
Pak Parno yang indah itu. Dan tanpa banyak tanya lagi aku telah
mengambil keputusan .. Ah,.. ujung lidahku kini menyentuh, menjilat dan
merasakan lendir lembut dan bening milik Pak Parno. Yaahh .. asinnya
yang begitu lembutt..
'Dik Maarr .. Uhh enakk bangett sihh ..',
kepalaku dielus-elusnya. Dan dia sibakkan rambutku agar tidak menggangu
keasyikanku. Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku mengkulum kontol
Pak Parno di mobil yang sempit itu. Kemudian Pak Parno sedikit
memundurkan tempat duduknya.
'Dik Marr .. Terus Dik Marr .. Kamu
pinter banget siihh .. uuhh Dik Marr..', aku terus memompa dengan
lembut. Banyak kali aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku
menjilati tepi-tepinya .. Pada pangkal kepala ada alur semacam cincin
atau bingkai yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya
itu .. kujilati habis-habisan ..
'Marr.. enak bangett .. akau mau
keluar nihh Dik Marr .. Aku mau keluar nihh ..', aku tidak menghiraukan
kata-katanya, mungkin maksudnya peringatan untukku, jangan sampai air
maninya tumpah di mulutku. Dia masih khawatir bahwa mungkin aku belum
bisa menerimanya.
Tetapi apa yang terjadi padaku kini sudah
langsung berbalik 180 derajat. Rasanya justru aku kini yang
merindukannya. Dan aku memang merindukannya. Aku pengin banget merasakan
sperma seorang lelaki langsung tumpah dari kontolnya langsung ke
mulutku. Dan lelaki itu adalah Pak Parno, yang bukan suamiku sendiri.
Aku terus menjilati, menyedoti. Batangnya, pangkalnya, pelernya, sejauh
bisa bibir atau lidahku meraihnya, disebabkan tempat yang sempit ini,
semua bagian kontolnya itu aku rambah dengan mulutku.
Dan
pengalaman pertama itu akhirnya hadir. Saat mulutku mengkulum batangan
gede panjang milik Pak Parno itu, aku rasakan kembali ada kedutan besar
dan kuat. Kedutan itu kemudian disusul dengan kedutan-kedutan
berikutnya. Kalau yang aku rasakan di motel tadi kedutan-kedutan kontol
Pak Parno dalam lubang vaginaku, sekarang hal itu aku rasakan di rongga
mulutku. Kontol Pak Parno memuntahkan laharnya. Cairan, atau tepatnya
lendir yang hangat panas nyemprot langit-langit rongga mulutku. Sperma
Pak Parno tumpah memenuhi mulutku. Entah berapa kali kedutan tadi.
Tetapi sperma dalam mulutku ini nggak sempat aku telan seluruhnya karena
saking banyaknya.
Sperma Pak Parno berleleran di pipiku, daguku,
bahkan juga ke kening dan rambut panjangku. Kontol Pak Parno masih
berkedut-kedut saat kukeluarkan dari mulutku. Dan aku raih kembali untuk
kuurut-urut agar semua sperma yang tersisa bisa terkuras keluar.
Mulutku langsung menyedotinya. Sekali lagi, pengalaman pertama nyeleweng
ini benar-benar memberiku daftar panjang hal-hal baru yang sangat
sensasional bagiku. Dan aku makin merasa pasti, hal-hal itu nggak
mungkin aku dapatkan dari Mas Adit, suamiku tercinta.
Sesuai
rencana, aku diturunkan di Pasar Senen oleh Pak Parno. Sungguh aku
keberatan untuk perpisahan ini. Kugenggam tangannya erat-erat, untuk
menunjukkan betapa besarnya arti Pak Parno bagiku. Aku berjalan dengan
gontai saat menuju toko kertas dekorasi itu.
Saat aku turun dari
taksi sesampai di rumah, Mbak Surti nampak cemberut. Aku biarkan. Pada
temen yang lain aku bilang banyak bahan yang aku cari stoknya habis
sehingga aku menunggu cukup lama. Di ujung jalan sana kulihat mobil
Kijang Pak Parno. Mungkin sudah lama lebih dahulu nyampai di kompleks.
Orang-orang pemasang tenda dan pengatur sound system sudah mulai
melaksanakan tugasnya. 2 jam lagi acara akan dimulai.
Aku pamit
pulang sebentar, untuk menengok rumah. Mas Adit belum pulang. Aku mandi
lagi sambil mengenang peristiwa indah yang kualami sekitar 2,5 jam yang
lalu. Saat sabunku menyentuh kemaluanku, masih tersisa rasa pedih pada
bibirnya. Mungkin jembut Pak Parno tersangkut saat kontolnya keluar
masuk menembus memekku. Dan itu biasanya menimbulkan luka kecil yang
terasa pedih pada bibir vaginaku saat terkena sabun seperti ini.
Jakarta, 25 Maret 2003
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar